Uni Soviet, atau Uni Republik Sosialis Soviet (USSR), adalah salah satu kekuatan besar dunia di abad ke-20 yang memiliki pengaruh besar dalam politik global. Namun, pada awal 1990-an, Uni Soviet mengalami perpecahan yang menghasilkan terbentuknya Rusia dan negara-negara bekas republik Soviet lainnya.
Uni Soviet, yang pernah menjadi salah satu kekuatan terbesar di dunia, kini hanya tinggal sejarah. Proses perpecahan yang kompleks melibatkan berbagai tokoh dan peristiwa penting, yang pada akhirnya membentuk Rusia modern seperti yang kita kenal hari ini. Sejarah ini memberikan pelajaran berharga tentang dinamika politik dan transformasi sosial yang mendalam.
Artikel ini akan mengupas sejarah Uni Soviet sejak pendiriannya hingga perpecahannya, serta peran tokoh-tokoh penting di dalamnya.
1. Pembentukan Uni Soviet (1922)
Pada 30 Desember 1922, Uni Soviet secara resmi dibentuk dengan penandatanganan Deklarasi dan Perjanjian Pembentukan Uni Republik Sosialis Soviet oleh empat republik awal: Republik Sosialis Federatif Soviet Rusia (RSFSR), Republik Sosialis Soviet Ukraina, Republik Sosialis Soviet Byelorusia, dan Republik Sosialis Soviet Transkaukasia. Vladimir Lenin, sebagai pemimpin Bolshevik, adalah tokoh utama di balik pembentukan negara baru ini yang bertujuan menyatukan wilayah-wilayah bekas Kekaisaran Rusia di bawah pemerintahan komunis.
2. Masa Pemerintahan Stalin (1924-1953)
Setelah kematian Lenin pada 21 Januari 1924, Joseph Stalin naik ke tampuk kekuasaan. Di bawah pemerintahannya, Uni Soviet mengalami industrialisasi yang cepat dan kolektivisasi pertanian, tetapi juga mengalami represi politik yang parah. Era Stalin dikenal dengan Pembersihan Besar-Besaran (Great Purge) pada tahun 1936-1938, di mana banyak tokoh politik, militer, dan masyarakat sipil dihukum mati atau dipenjara.
3. Perang Dunia II dan Perang Dingin (1939-1991)
Uni Soviet memainkan peran penting dalam kemenangan Sekutu atas Jerman Nazi dalam Perang Dunia II. Setelah perang, Uni Soviet dan Amerika Serikat muncul sebagai dua kekuatan super yang bersaing dalam Perang Dingin, periode ketegangan politik dan militer yang berlangsung dari akhir 1940-an hingga awal 1990-an.
4. Era Reformasi Gorbachev (1985-1991)
Pada 11 Maret 1985, Mikhail Gorbachev menjadi Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet. Gorbachev memperkenalkan kebijakan Glasnost (keterbukaan) dan Perestroika (restrukturisasi) untuk mereformasi ekonomi dan politik Uni Soviet yang stagnan. Meskipun bertujuan memperkuat Uni Soviet, reformasi ini justru mempercepat proses desentralisasi dan mendorong tuntutan kemerdekaan di berbagai republik Soviet.
5. Upaya Kudeta Agustus (1991)
Pada 19-21 Agustus 1991, sekelompok konservatif dalam pemerintahan Soviet melakukan kudeta untuk menggulingkan Gorbachev dan menghentikan reformasinya. Kudeta ini gagal setelah Boris Yeltsin, Presiden RSFSR, memimpin perlawanan di Moskow. Yeltsin muncul sebagai pahlawan nasional dan memperkuat posisinya dalam politik Soviet.
6. Deklarasi Pembubaran Uni Soviet (1991)
Pada 8 Desember 1991, para pemimpin Rusia, Ukraina, dan Belarus menandatangani Perjanjian Belovezha di hutan Białowieża, yang menyatakan bahwa Uni Soviet tidak ada lagi dan mendirikan Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS). Gorbachev, yang semakin kehilangan kekuasaan, mengundurkan diri sebagai Presiden Uni Soviet pada 25 Desember 1991. Pada hari berikutnya, 26 Desember 1991, Dewan Tertinggi Soviet secara resmi membubarkan Uni Soviet.
7. Pembentukan Federasi Rusia
Setelah pembubaran Uni Soviet, Rusia, yang sebelumnya merupakan RSFSR, muncul sebagai penerus utama negara tersebut. Boris Yeltsin menjadi presiden pertama Rusia dan memulai proses transisi dari sistem ekonomi terpusat ke ekonomi pasar. Masa pemerintahan Yeltsin ditandai dengan reformasi ekonomi yang menyakitkan dan ketidakstabilan politik.
8. Era Vladimir Putin (2000-sekarang)
Pada 31 Desember 1999, Yeltsin mengundurkan diri dan menunjuk Vladimir Putin sebagai penjabat presiden. Putin kemudian terpilih sebagai presiden pada Maret 2000 dan sejak saat itu telah menjadi tokoh dominan dalam politik Rusia. Di bawah pemerintahannya, Rusia mengalami stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi yang signifikan, meskipun juga diwarnai dengan isu-isu hak asasi manusia dan demokrasi.
0Komentar